Konflik
Berbagai macam definisi konflik yang dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya adalah Robbins (2001) yang menyatakan bahwa konflik
merupakan suatu hal yang dilakukan satu pihak yang menimbulkan ketidaksenangan
pihak yang lain. Konflik merupakan ketidaksetujuan antara individu maupun
kelompok dalam organisasi yang terjadi karena adanya kebutuhan dari sumber daya
yang terbatas, adanya perbedaan status, tujuan, kepentingan, atau budaya
(Stoner, 1989). Jadi secara umum, konflik merupakan perilaku anggota organisasi
yang dilakukan berbeda dengan anggota lainnya (Supadi, 2007).
Konflik adalah perjuangan
yang dilakukan secara sadar dan langsung antara individu dan atau kelompok
untuk tujuan yang sama. Mengalahkan saingan nampaknya merupakan cara yang
penting untuk mencapai tujuan. (Theodorson & Theodorson, 1979 : 71)
Menurut Kilmann &
Thomas (dalam Luthans, 1983 : 366) yang dimaksud dengan konflik adalah suatu kondisi ketidakcocokan
obyektif antara nilai-nilai atau tujuan-tujuan, seperti perilaku yang secara
sengaja mengganggu upaya pencapaian tujuan, dan secara emosional mengandung
suasana permusuhan.
Konflik disebabkan oleh banyak faktor. Schermerhorn
(2000) mengungkapkan bahwa kondisikondisi di bawah ini dapat memicu terjadinya
konflik, yaitu:
1.Berperan ganda. Adanya
ketidakjelasan harapan organisasi dan ketidakpastian tugas
menyebabkan orang akan bekerja pada tujuan
yang berbeda.
2.Keterbatasan sumber
daya. Dengan membagi sumber daya dengan yang lain ataupun bersaing langsung untuk mendapatkan
alokasi sumber daya memicu terjadinya konflik, khususnya bila sumber daya yang
ada jumlahnya terbatas.
3.Ketergantungan antar
pekerjaan. Jika individu atau kelompok tergantung satu sama lain dalam rangka
penyelesaian tugas, maka konflik akan sering timbul.
4.Persaingan pencapaian
sasaran organisasi. Sasaran dan sistem kompensasi yang tidak dirancang dengan
baik akan menyebabkan individu maupun kelompok dapat berkonflik.
5.Ketidaksamaan struktur
organisasi. Perbedaan dalam struktur organisasi maupun karakteristik orang-orang
yang ditempatkan dapat mengembangkan konflik yang disebabkan karena ketidaksesuaian
pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan.
6. Konflik yang terjadi
sebelumnya dan belum terpecahkan. Suatu konflik yang belum terselesaikan secara
tuntas di waktu yang akan datang dapat menyebabkan konflik sejenis.
Manajemen Konflik
Menurut Ross
(1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku
atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu
yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian
konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif,
kreatif, bermufakat, atau agresif.
Manajemen
konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan
masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan
oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen
konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan
bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
Penyebab terjadinya konflik pada
setiap organisasi berbeda-beda bergantung pada tujuan yang hendak dicapai serta
sumber daya yang terlibat dalam komplektisitas desain organisasi yang
ditetapkan di internal organisasi yang meliputi
keterbatasan sumber daya organisasi tersebut, perbedaan sifat, nilai,
dan persepsi individu, saling ketergantungan tugas, lemahnya sistem evalusi dan
kesalahan komunikasi
Upaya penanganan konflik sangat
penting dilakukan yaitu dengan melakukan manajemen konflik. Manajemen konflik
sangat berpengaruh bagi anggota organisasi. Pemimpin organisasi dituntut
menguasai manajemen konflik agar konflik yang muncul dapat berdampak positif
untuk meningkatkan mutu organisasi.
Dalam melaksanakan manajemen
konflik organisasi harus melakukan berberapa proses yaitu :
1.
Perencenaan
Kegiatan perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan indentifikasi masalah,
klasifikasi masalah dan analisis masalah
a.
Indentifikasi
Masalah
Tahap awal prosedur yaitu dengan cara melihat
gejala-gejala yang menyebabkan konflik
dan masalah yang menjadi penyeab konflik
b.
Klasifikasi
Masalah
Melakukan pengelompokan/pengklasifikasian
sumber-sumber konflik.Fieldman dan Arnold (1983:513) membagi sumber konflik
menjadi du kelompok yaitu kurangnya koordinasi kerja antar kelompok dan
kelemahan sistem kontrol organisasi.
c.
Analisis
masalah
Analisis dilakukan untukk mengetahui apakah
termasuk kategori penting dan mendesak untuk disesuaikan atau dapat ditunda
dengan memperhatikan kemampuan organisasi
2.
Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan manajemen konflik meliputi antara lain :
a.
Penentuan
metode/pendekatan
Penentuan atau pemilihan pendekatan sangat
bergantung pada masalah yang muncul,
dan kemampuan pimpinan dalam mengelola konflik agar menjadi kekuatan konflik
agar menjadi kekuatan organisasi
b.
Penyelesaian
masalah melalui manajemen konflik
Pendekatan
manajemen konflik merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukan analisis
masalah. Konflik yang terjadi dapat menguntungkan/ fungsional dan merugikan
atau menghambat pencapaian tujuan organisasi. Pendekatan manajemen konflik yang
dipilih dan diterapkan bergantung pada masalah yang dihadapi dan dampak yang
ditimbulkan
3. Evaluasi
Keberhasilan manajemen konflik dapat dilihat
dari sikap dan perilaku (kinerja) anggota organisasi. Sehingga dilakukan
evaluasi dari manajemen konflik yang dilakukuan.
Referensi:
Wijayati,Tri Dewie. 2007.Model Konseptual Manajemen Konflik dalam
Organisasi.
Nugraheni, Fitri.2007. Wajah Konflik Dalam Organisasi : Penugasaan
Manajemen Konflik oleh Pemimpin.
Yuliyanto, Muchamad.2008.Peran Agama Serta Implementasi Komunikasi
dan Manajemen Konflik dalam Kerusuhan Sosial di Losari Brebes Jawa Tengah.
Aula’,Pekka
& Siira, Kalle.2010. Organizational
Communication and Conflict Management Systems : A Social Complexity Approach.
Pathak,Mitali.2010. Managing Organizational Conflict.
http://bibbaurell.blogspot.com/2010/11/manajemen-konflik-peranan-manajemen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar